Kedamaian
pasar Klempiscemeng yang menjadi simbol Ngayogyakarta pada suatu ketika ditimpa
sebuah malapetaka, sekelompok orang berjas memporak-porandakan ketenangan,
melemparkan segala benda pasar yang ada. Beberapa orang melawan, tapi sia-sia,
sebab kalah jumlah dan tenaga, untuk meredam orang-orang pasar Klempiscemeng,
kelompok orang berjas menawan beberapa pedagang sebagai jaminan agar orang
pasar Klempiscemeng meninggalkan tempat. Keharmonisan antara pedagang dan
wisatawan berubah menjadi lautan teriakan, segenap orang berlari menyelamatkan
diri, beberapa diantaranya bersembunyi, menunggu situasi menjadi reda baru
mengambil tindakan. Dua orang preman pasar Klempiscemeng yang tengah teller berinisiatif untuk menyembunyikan
diri hingga carut-marutnya keadaan selesai.
Setelah
suasana reda, kedua preman muncul, mereka membawa emosi tinggi dan berniat
untuk membalas dendam. Namun di tengah perbincangan mereka menyadari bahwa,
meskipun melawan mereka akan tetap kalah, sebab mereka bukanlah siapa-siapa.
Karena teler mereka mendapati sebuah
ide untuk mencari guru guna membimbing mereka ke masa lalu, menemui Panembahan
Senapati dan Sunan Kalijaga untuk menanyakan perosalan yang sedang mereka
hadapi. Dengan tekad bulat mereka menemui seorang guru, hingga karena sebuah
keajaiban mereka benar-benar terlempar ke masa lampau. Sayang sekali zaman yang
hendak mereka tuju ternyata meleset, mereka tiba di zaman ketika Panembahan
Senapati masih dipanggil Danang Sutawijaya, dan lebih celakanya, mereka jatuh
terlempar di tengah peperangan antara Pajang dan Jipang. Mereka kebingungan,
setiap langkah mereka untuk mendekat pada Danang Sutawijaya selalu saja gagal,
seolah-olah mereka tak punya daya apa-apa. Pada sebuah kesempatan mereka
mengejar Danang Sutawijaya yang sedang berduaan dengan Rara Semangkin, tapi
mereka telat, dan karenanya timbullah percekcokan antara mereka, hingga Sunan
Kalijaga datang dan mendinginkan suasana. Kedua preman menyampaikan maksud
kedatangan mereka dan Sunan Kalijaga member sebuah sangu berupa tembang yang bisa saja menjadi sebuah solusi paling
tepat bagi persoalan yang tengah dialami. Dirasa cukup Sunan Kalijaga
memberitahu bahwa seorang tua yang mereka temui sebelum sampai ke masa lampau
adalah keturunannya sendiri dan orang tersebut memang merupakan seorang
Waliullah, secara spontan Sunan Kalijaga membekuk kedua preman hingga pingsan
agar mereka kembali ke masa mereka sendiri.
Kedua
preman telah kembali ke masa kini dan mendapati bahwa perjumpaan mereka dengan
Sunan Kalijaga adalah sebatas mimpi. Memang mereka tidak akan boleh bertemu
dengan Danang Sutawijaya, seorang calon raja Jawa di masa lalu, namun untuk
bertemu Sunan Kalijaga agaknya masih mungkin. Mengingat Sunan Kalijaga sendiri
adalah seorang wali utusan Allah yang menggunakan media kesenian sebagai sarana
dakwah, sehingga tentu saja Sunan Kalijaga bersinggungan secara langsung dengan
rakyat bawah. Saat terbangun kedua preman dikagetkan oleh kedatangan para
kelompok orang berjas yang dengan semena-mena memukuli para sandera, para pedagang
datang, berusaha menyelamatkan, tapi mereka tak punya cukup nyali untuk melawan
sekelompok orang berjas yang ada. Pada akhirnya kedua preman muncul
menyampaikan Wangsit Mataram.
SAKSIKAN SAJA DI PUKUL 19.00 WIB