Minggu, 17 Juli 2016

KETOPRAK KOLOSAL WANGSIT MATARAM


            Kedamaian pasar Klempiscemeng yang menjadi simbol Ngayogyakarta pada suatu ketika ditimpa sebuah malapetaka, sekelompok orang berjas memporak-porandakan ketenangan, melemparkan segala benda pasar yang ada. Beberapa orang melawan, tapi sia-sia, sebab kalah jumlah dan tenaga, untuk meredam orang-orang pasar Klempiscemeng, kelompok orang berjas menawan beberapa pedagang sebagai jaminan agar orang pasar Klempiscemeng meninggalkan tempat. Keharmonisan antara pedagang dan wisatawan berubah menjadi lautan teriakan, segenap orang berlari menyelamatkan diri, beberapa diantaranya bersembunyi, menunggu situasi menjadi reda baru mengambil tindakan. Dua orang preman pasar Klempiscemeng yang tengah teller berinisiatif untuk menyembunyikan diri hingga carut-marutnya keadaan selesai.
            Setelah suasana reda, kedua preman muncul, mereka membawa emosi tinggi dan berniat untuk membalas dendam. Namun di tengah perbincangan mereka menyadari bahwa, meskipun melawan mereka akan tetap kalah, sebab mereka bukanlah siapa-siapa. Karena teler mereka mendapati sebuah ide untuk mencari guru guna membimbing mereka ke masa lalu, menemui Panembahan Senapati dan Sunan Kalijaga untuk menanyakan perosalan yang sedang mereka hadapi. Dengan tekad bulat mereka menemui seorang guru, hingga karena sebuah keajaiban mereka benar-benar terlempar ke masa lampau. Sayang sekali zaman yang hendak mereka tuju ternyata meleset, mereka tiba di zaman ketika Panembahan Senapati masih dipanggil Danang Sutawijaya, dan lebih celakanya, mereka jatuh terlempar di tengah peperangan antara Pajang dan Jipang. Mereka kebingungan, setiap langkah mereka untuk mendekat pada Danang Sutawijaya selalu saja gagal, seolah-olah mereka tak punya daya apa-apa. Pada sebuah kesempatan mereka mengejar Danang Sutawijaya yang sedang berduaan dengan Rara Semangkin, tapi mereka telat, dan karenanya timbullah percekcokan antara mereka, hingga Sunan Kalijaga datang dan mendinginkan suasana. Kedua preman menyampaikan maksud kedatangan mereka dan Sunan Kalijaga member sebuah sangu berupa tembang yang bisa saja menjadi sebuah solusi paling tepat bagi persoalan yang tengah dialami. Dirasa cukup Sunan Kalijaga memberitahu bahwa seorang tua yang mereka temui sebelum sampai ke masa lampau adalah keturunannya sendiri dan orang tersebut memang merupakan seorang Waliullah, secara spontan Sunan Kalijaga membekuk kedua preman hingga pingsan agar mereka kembali ke masa mereka sendiri.

            Kedua preman telah kembali ke masa kini dan mendapati bahwa perjumpaan mereka dengan Sunan Kalijaga adalah sebatas mimpi. Memang mereka tidak akan boleh bertemu dengan Danang Sutawijaya, seorang calon raja Jawa di masa lalu, namun untuk bertemu Sunan Kalijaga agaknya masih mungkin. Mengingat Sunan Kalijaga sendiri adalah seorang wali utusan Allah yang menggunakan media kesenian sebagai sarana dakwah, sehingga tentu saja Sunan Kalijaga bersinggungan secara langsung dengan rakyat bawah. Saat terbangun kedua preman dikagetkan oleh kedatangan para kelompok orang berjas yang dengan semena-mena memukuli para sandera, para pedagang datang, berusaha menyelamatkan, tapi mereka tak punya cukup nyali untuk melawan sekelompok orang berjas yang ada. Pada akhirnya kedua preman muncul menyampaikan Wangsit Mataram.


SAKSIKAN SAJA DI PUKUL 19.00 WIB